Minggu, 17 Januari 2016

Pengalaman Jadi Admin Penerbit Indie







Setelah dilema menerbitkan naskah di Indie, dicaci dan dimaki. Sekarang pun saya mengalami lagi setelah menjadi Admin penerbit indie.

Ya, saya menerbitkan naskah saya di penerbit teman saya sendiri, dan berhubung admin yang lama sedang sibuk skripsi, saya yang disuruh menggantikannya.



Pengalaman pertama saya menjadi Admin, asyik-asyik saja. Tapi kadang geleng-geleng kepala menghadapi penulis pemula yang benar-benar manja dan tidak teliti saat membaca info. Sudah jelas sekali dicantumkan di info, tapi masih saja nanya. Tapi saya ambil sisi positifnya saja. Otak orang dalam memahami sesuatu kan berbeda-beda. Ada yang sekali dijelaskan sudah langsung mengerti. Ada yang butuh waktu lama untuk mencerna apa yang dijelaskan. Selain itu saya juga bisa berlatih kesabaran. Seperti lagunya Afgan. Lho.

Walaupun dibayar tak seberapa, tapi karena pekerjaan ini berhubungan dengan hobi saya, jadi saya menikmati pekerjaan ini. Tak apa saya belajar dari bawah dulu, karena memang penerbit indie yang saya urus dengan teman saya akan berproses menuju mayor. Amin. Mudah-mudahan Allah memberikan jalan. 

Tapi ternyata pekerjaan yang sudah seperti hobi pun bisa membuat mood saya buruk. Contohnya tadi pagi, saat saya membaca komentar dari salah satu kontributor yang ikut event menulis yang kami buat. Dia komentar katanya membeli karyanya sendiri disebut pembodohan. Yang ia tanya duluan adalah royalty. *Sambil elus dada.

Ternyata banyak yang bisa baca tapi belum memahami apa yang dibacanya.
Kalian yang membeli buku itu isinya bukan tulisan kamu saja. Hasil karya semua kontributor yang ikut berpartisipasi. Beli bukunya sebagai bentuk menghargai hasil karya teman-temanmu yang satu buku denganmu. Kamu juga bisa mempromosikan buku hasil nulis rame-rame itu. Kalau penjualan buku banyak, kalian baru akan dapat royalty dari hasil penjualan buku tersebut.




Jangan berkarya hanya memikirkan uang dan uang. Niatkan berkarya, naskahmu diAcc, diterbitkan, mendapat honor. Itu adalah bonus. Kalau kamu berkarya hanya ingin mendapatkan uang atau honor, saya yakin ketika naskah kalian tidak ada yang diAcc, tidak mendapat honor. Kalian pasti akan berhenti berkarya.  



Berkaryalah lebih baik lagi dan lagi, suatu saat kamu yang memikirkan honor kalau kamu terus berkarya lebih bagus lagi, kau akan bisa kaya seperti Tere Liye.

Bahkan Tere Liye pun awalnya menerbitkan buku di indie, perjuangannya untuk sampai di posisi sekarang ini pasti luar biasa. Kamu, jangan menulis memikirkan enaknya saja. Pasti kamu akan mengalami yang namanya penolakan, dan hal-hal lainnya yang buruk.Tapi itu semua adalah proses untuk menuju puncak keberhasilan. 


Salam karya ^^


2 komentar: