Kamis, 07 Agustus 2014

Review Cinta Tak Kenal Logika







Judul : Cinta Tak Kenal Logika  
No. ISBN : 9786021588826 
Penulis : Kamal Agusta 
Penerbit : Rumah Oranye 
Tanggal terbit : Juni - 2014 




SINOPSIS BUKU - Cinta Tak Kenal Logika

Memang benar tak ada alasan yang tepat untuk jatuh cinta. Terkadang kita bisa saja dengan mudah mencintai orang yang baru saja kita kenal, atau bahkan baru pertama kali bertemu. Cinta memang aneh, ia tak mengenal segala logika yang coba dihadirkan.

Aku tahu apakah aku harus mengakui rasa ini, atau aku harus menyimpannya dalam hati saja karena aku tahu ada dia yang lebih mencintaimu. Dia yang akan selalu mencoba membuatmu merasa nyaman. Sementara aku? Aku hanya akan terlalu sering membuatmu khawatir, membuatmu mengalah, membuatmu hanya menghabiskan waktu untuk memahamiku.

Jika memang tak ada logika yang bisa meyakinkanku untuk mampu menerimamu, untuk mencintaimu, maka biarkan aku mengagumimu saja. Karena aku yakin, bahagia itu ada, meski pada akhirnya bukan cinta yang menyatu.





Sebenarnya sudah lama saya selesai membaca novel ini. Dua minggu yang lalu—kalau tidak salah—disaat saya sedang gila-gilanya membaca. Seminggu sampai bisa melahap enam novel. Oke. No curcol :3
            Dan maaf baru sempat membuat review-nya sekarang. Hampura :D
Meskipun agak bosan membaca novel remaja, tapi karena ini novel debutnya Kamal Agusta—sahabat saya. Akhirnya ... saya menyempatkan menculik novel ini di toko buku. #eh





Ceritanya sederhana, konflik tidak terlalu berat, khas remaja. Di prolog sudah digambarkan kalau tokoh Prema kepergok berduaan (selingkuh) dengan Yuri oleh Seisa. Dan di bab pertama, ternyata Yuri adalah sahabat Seisa—yang lebih dulu menyukai Prema. Agak males ya sama tema yang seperti ini, secara saya sudah mengalaminya. #puk-puk :'(
            Di bab pertama, disaat pertandingan futsal SMA Nusantara. Kelas X1—kelasnya Prema melawan kelas X9—kelasnya Rafky. Saya kira di sini, penulis akan membuat Seisa jatuh cinta pada si nomor punggung tujuh (Rafky), karena penulis menggambarkan saat Seisa menonton pertandingan futsal dengan Yuri, Seisa lebih banyak memerhatikan Rafky : si cowok dengan aura kesepian dibanding Prema : si cowok tampan yang jadi idola cewek-cewek di sekolah. Tapi ternyata tidak, di bab selanjutnya, ketika Seisa pulang sekolah, dia malah terjebak hujan bersama Prema. Di sinilah, Seisa mulai menyukai Prema.
            “Kenapa menatapku seperti itu? Apa ada kotoran di wajahku?” Seisa tersentak saat mendapati Prema menatapnya dengan senyum geli dan alis terangkat.
            Refleks, Seisa langsung menunduk lalu mengumpati dirinya yang tertangkap basah sedang menatap Prema. Ia mulai merasakan rasa panas yang mulai menjalar di kulit wajahnya. Jantung Seisa juga jadi berdegup dua kali lebih kencang dibuatnya.
            “Ng-nggak ada apa-apa.” Seisa menggeleng cepat sambil berusaha mengendalikan suaranya agar tidak terdengar gugup.
            “Kamu selalu begini, ya?”
            “Ha? Apa?” Prema tertawa membuat kening Seisa berkerut. “Sori,” ucap Prema berusaha menahan tawanya, “Kamu benar-benar lucu.”
            “Lucu?”
            “Itu, apa kamu selalu grogi kalau didekat cowok?”
            Oh, Tuhan, ternyata dia tahu ....
            “Ma-maksudmu?” tergagap. Seisa berusaha menutupi keterkejutannya.
            “Jangan grogi begitu. Aku aman, kok. Nggak gigit.” Prema kembali tertawa saat mengucapkan kelakarnya itu. Seisa meringis sambil menekan-nekankan ujung sepatunya ke lantai.
(hlman 28-29)
            Ada kata-kata yang saya suka di novel ini.
            “Seisa, menurutmu lebih baik sendirian atau bersama?”
            “Bersama tentunya.”
Prema menoleh lalu tersenyum manis. “Kurasa juga begitu. Lihat, hujan ini menjadi indah dan menarik karena airnya turun bersama-sama. Kalau sendirian tentu tidak ada keistimewaannya. Dan kau tahu? Aku juga bahagia kali ini bisa terjebak hujan bersamamu. Tidak sendirian. Bersama lebih baik.” (hlman 32-33)
            So sweet :D
Saya berhasil membaca novel ini sekali duduk saja. Eh, sepertinya tiga kali. Entahlah, lupa. Hha. Bahasanya mengalir dan enak dibaca. Hmm, sudah tak diragukan lagi deh kalau soal tulisan Kamal Agusta :3 Namun, ada beberapa kritik yang ingin saya sampaikan. Maaf :p
1.      Menurut saya si penulis terlalu terburu-buru dalam menyelasaikan novel ini >.< Seisa dibuat terlalu cepat jatuh cinta pada Prema. Dan seharusnya pada saat Prema dan Seisa sudah berpacaran buatlah adegan-adegan romantis lainnya, atau apalah. Jadi saat si Prema selingkuh dengan Yuri, di sini saya akan terbawa emosi. Hha. Dan bisa jadi saya juga membenci Prema. Dan tiba-tiba saja Prema Selingkuh dengan Yuri. Hello, itu kenapa tidak dibuat adegan atau dialog sebelum Prema dan Yuri selingkuh, ya? Sayangnya hanya diceritakan lewat deskripsi yang singkat. Jadi feel-nya kurang dapat. Hhi
2.      Saya tidak suka sama Seisa yang sudah menyukai Prema, tapi masih saja genit mengejar Rafky #Eh
3.      Untuk masalah tanda baca dan typo, saya menemukan tanda baca yang tidak sesuai. Ada beberapa typo. Tapi dimaklumi sajalah, secara karena novel kita terbit di penerbit yang sama. Dan sudah tahu kalau kualitas editing penerbit Zettu Group kurang :3
Dan betewe, dengar-dengar ada yang benci sama tokoh Prema, ya? Tapi di sini saya justru malah benci sama Seisa. Hha. Alasannya apa? Kalau saya jadi Seisa, saya tidak akan menerima Prema dan melukai perasaan sahabat saya sendiri. Apalagi sering jalan berdua diam-diam. OMG, hello! Itu nyesek bingits! #Mulai keluar bahasa alaynya :v
            Tapi sesuai dengan judulnya, Cinta Tak Kenal Logika. Dan memang itulah konflik yang diambil si penulis.
            Tapi saya tetap suka novel ini. Karena ending-nya sesuai dengan apa yang saya harapkan :D
Ditunggu novel selanjutnya dari Kamal Agusta yang lebih greget lagi :3

            Good luck :D

0 komentar:

Posting Komentar