Jumat, 11 Maret 2016

SEJARAH DIDIRIKANNYA PENERBIT LOKA MEDIA

Sejarah Didirikannya Penerbit Loka Media

Sebetulnya, saya tidak menyangka bisa membuka penerbit indie. Mulanya, mungkin karena kesal pada salah satu penerbit indie yang sudah mengecewakan saya dan semakin kesal ketika ada yang komentar naskah yang diterbitkan di indie tidak berkualitas. Akhirnya, dengan amarah yang sudah semakin besar, saya nekat membuka penerbitan.
Dari dulu saya ingin sekali membuka usaha, mengingat keluarga saya adalah wirausaha semua. Akan tetapi saya masih bingung mau membuka usaha apa? Yang ada di otak saya hanya restoran, kafe, atau akomodasi karena sejak SMK dibekali ilmu bisnis akomodasi, food product, dan food and beverage. 
Selama pertengahan semester, saya baru terjun ke dunia literasi. Untuk urusan tulis-menulis mungkin saya masih bisa, tapi kalau terjun ke dunia penerbitan, oh ... saya harus belajar dulu. Oke, masih belum yakin. Saya tunda dulu keinginan ini.
Beberapa bulan kemudian, saya coba ngobrol dengan Ariny NH mengenai penerbitan indie. Sudah ada sedikit gambaran, tapi tetap saja saya masih belum percaya diri. Lalu saya coba ngobrol dengan Desi karena berhubung dia sering jadi PJ event.
"Kak, saya ingin mendirikan penerbitan, tapi belum yakin. Entahlah, saya masih awam banget."
"Ya ampun, Dev. Kamu kalah sama Desfi. Lihat tuh, Desfi juga awam banget soal penerbitan, tapi dia mau belajar dan pada akhirnya bisa."
Baiklah, saya simpan komentar darinya di kepala sambil berdoa, Ya Allah mudahkan, beri saya jalan.
Beberapa bulan kemudian, saya ditawari teman jadi Admin penerbit indie. Wah ... boleh juga, nih. Alhamdulilah, di sini saya dapat ilmu mengenai penerbitan karena teman saya ini rencana mau go to mayor meski pada akhirnya dia berujung menipu saya dan para penulis.
Untuk modal saya belum ada uang banyak, kemudian diberitahu Desi jadi lini penerbit Penerbit X saja (Nama sengaja saya samarkan). Ah, kesempatan! Akhirnya saya dibantu Desi untuk meminta kontak owner-nya. Wawancara via WhatsApp dengan X lancar dan tekad saya pun makin bulat. Kemudian saya berpikir, saya harus mencari partner yang enak diajak kerja sama. Yang saya butuhkan sebenarnya hanya dua orang, penata letak dan designer cover. 
Saat itu orang yang ada di pikiran saya adalah Ragiel JP. Saya coba ajak Ragiel, tapi jawaban dia tidak meyakinkan. Akhirnya saya coret nama dia. Kemudian, nama kedua yang ada di otak saya Lisma Laurel. Lisma mau, tapi dia tidak bisa me-layout naskah, dia minta pekerjaan lain selain desain cover  dan layout naskah. Oke, akhirnya saya beri dia pekerjaan jadi editor. 
Sudah dapat satu orang. Saya terpaksa harus mencari dua orang lagi yang bisa desain cover dan layout naskah. Nama yang ada di kepala saya saat itu Wulan Kenanga, Witri Prasetyo, dan Rean. Saya tanya satu per satu. Jawaban Rean tidak meyakinkan. Saya coret. Jawaban Witri juga tidak meyakinkan, saya coret lagi. Terakhir, Wulan. Dia bilang tidak bisa me-layout naskah, tapi kalau belajar insyaallah bisa. Baiklah, tinggal mencari yang bisa desain cover saja.
Sebelumnya saya ingin membahas untuk nama penerbit dulu. Nama yang ada di kepala saya saat itu adalah "Teratai". Akan tetapi saya ingin teratai dalam versi bahasa Korea. Teratai dalam bahasa Korea adalah Bu Young. Ah, tidak bagus. Kemudian nama yang muncul lagi "Bunga Matahari" dalam bahasa Korea. Saya tidak sreg juga. Saya suruh Lisma mencari nama, dia juga bingung. Akhirnya saya rehat sejenak mencari nama lagi.
Saat itu yang terpikirkan oleh saya adalah nama "SEKAI". Sekai adalah "Dunia". Oh, boleh juga, deh. Saya save namanya, tapi kalau digabung jadi Sekaimedia, kurang bagus kedengarannya, kata Desi. Lalu dia rekomen nama Cahaya dan Sinar dalam bahasa Jepang. Tidak ada yang sreg. Oke, rehat lagi. Berpikir lagi. Saya coba ngobrol dengan Wulan. Dia jawab, "Nah, itu dia yang paling bingung cari nama. Coba kamu kasih satu nama terus saya coba cari di Google."
"Coba cari cahaya dan sinar dalam bahasa Korea, Jerman, Belanda dan lain-lain, Kak. Ambil yang paling enak dibaca."
Wulan memberikan saya beberapa arti dalam bahasa Korea dan lagi-lagi tidak ada yang saya suka. Wulan pun sama. Padahal saya terpikirkan cahaya agar si penulis bisa bersinar. Namun dengan berat hati saya harus melepaskan nama cahaya dan sinar dalam versi bahasa asing.
Baiklah, satu nama lagi yang belum tereliminasi. Dunia. Kenapa saya terpikirkan akan dunia? Karena semenjak naskah saya di-PHP-in mayor, melihat teman-teman saya pun demikian, melihat novel-novel di rak obralan, lalu membaca postingan Seno Gumira, "Karya penulis Indonesia sebenarnya sudah bagus, hanya minat bacanya saja yang rendah." Oke, dunia. Terselip doa agar karya yang diterbitkan di penerbit kami bisa mendunia. Tidak dijual di toko buku Indonesia saja. Namun, nama dunia dalam versi bahasa asing tidak ada yang membuat saya dan Wulan tertarik. Akhirnya Wulan mencari sinonim dari dunia. Di sana ada semesta, nusantara, jagat raya, loka, dan lain-lain. Wulan rekomen salah satu nama. 
"Gimana kalau Loka saja?"
"Ah, iya, Loka saja. Lokamedia. Eh, tapi kok jadi seperti Moka media, ya?"
Wulan dan saya tertawa.
"Tidak apa-apa. Kan beda arti."
Oke, nama sudah fix. Lokamedia. Saya langsung SMS Lisma, dan dia, sih, katanya setuju-setuju saja. Minta pendapat Desi juga katanya bagus. Alhamdulillah. Tinggal mencari orang yang bisa desain cover.
"Saya punya teman yang bisa gambar, nanti saya coba tanya dia mau join atau tidak. Namanya Rizky. Gambarnya bagus, kok." Wulan kemudian memberi contoh gambar hasil karya Rizky yang hanya berupa sketsa saja belum diwarnai. 
"Baiklah, ajak dia join kalau mau."
Alhamdulillah, Rizky mau gabung. Namun saya sempat waswas karena dia kaku dengan versi cover digital.
"Ky, please kamu belajar Photoshop, ya. Atau pake software lain yang buat bikin cover. Kamu belajar pelan-pelan saja."
"Oke, Mbak. Ini ada teman saya yang bisa versi digital, gimana kalau saya yang bikin ilustratsinya terus teman saya yang bikin cover-nya?"
"Oh, boleh, deh. Ajak teman kamu, ya, kalau mau."
Akan tetapi temannya Rizky tidak bisa ikut join dan mau tidak mau saya memaksa Rizky untuk belajar.
"Oke, Mbak. Nanti saya tanya-tanya temen."
"Oke, semangat, ya. Kita semua masih sama-sama belajar."
Saya juga menyuruh Lisma untuk pelajari lagi Ejaan Bahasa Indonesia, unggah file-file tentang EBI yang ada di Kobimo, karena itu sangat bermanfaat dan nanti dibantu oleh saya kalau kewalahan.
Alhamdulillah, tanpa harus mencari orang lagi, hasil kerja Lisma bagus, hasil layout Wulan bagus, gambar Rizky juga bagus, dan semakin bagus saat sampulnya didesain oleh Wulan. Teman saya memuji, "Kamu keren Say, berhasil merekrut orang-orang hebat."
Karena semangat merekalah, yang membuat mereka jadi hebat!



PENERBIT LOKA MEDIA
BERDIRI SEJAK 17 FEBRUARI 2016

3 komentar:

  1. Semangat terus. Semoga sukses

    BalasHapus
  2. Apa yang akan terjadi saat kedua insan yang saling mencintai, sama-sama terkena Amnesia Anterograde lalu terpisah tak saling mengenal kemudian bertemu kembali setelah 6 tahun berlalu? Penasaran? Yuk order karya perdanaku Fita untuk Farhan lagi Pre-Order sekarang nih order di WA Penerbit aku ya ini WA nya 081216645889...

    Cover dan sinopsis lengkapnya ada di ig dan fb ku semoga karya perdanaku ini bisa menghibur...

    BalasHapus