Senin, 21 Maret 2016

Modal Jadi Penulis



Ada yang ingin menjadi penulis?
Saat ini pekerjaan penulis memang banyak diminati orang, meskipun profesi penulis tidak bisa dimasukkan ke dalam KTP. Menyedihkan, ya. Mungkin karena semua orang berpikir siapa saja bisa jadi penulis karena menulis itu gampang. Oke, silakan saja jika kau beranggapan demikian. Kau akan merasakan gampang atau tidaknya jadi penulis ketika kau terjun ke dunia literasi langsung.
Materi ini saya bawakan untuk writing class yang diadakan suatu komunitas bernama PSIKOLOGID. Saya diundang untuk share ilmu atau pengalaman saya hingga menjadi seorang penulis. Nervous, karena ini kali pertamanya buat saya, biasanya kan saya hanya berkutat di depan laptop, saat kemarin share ngomong di depan para peserta, gagap. But, Kak Antonius—penulis best seller yang menjadi pembicara juga memaklumi karena saya baru pertama. Lumayan katanya. Hehe. Tapi tetap saja kalau ingat rasanya memalukan. :3

Saya memang belum sehebat Tere Liye, Andrea Hirata, dan penulis keren-keren lainnya, tapi tak ada salahnya membagi ilmu bukan? ^_^


Baiklah, ini dia poin-poin yang saya masukkan ke dalam materi “Modal Jadi Penulis” yang diadakan kemarin hari Minggu, 20 Maret 2016.

  1. Tekad yang Kuat

    Siapa pun yang ingin menjadi penulis, harus punya tekad atau niat yang kuat. Berpikirlah jika bakat tidak menjadi hambatan untukmu menjadi seorang penulis. Kalau dibilang saya berbakat jadi penulis atau tidak, jawabannya tidak sama sekali. Pertama kali saya menulis, tulisan saya jujur saja seperti karangan anak SD, EyD kacau sekali, pokoknya tulisan saya benar-benar buruk. Tapi, satu hal yang saya yakini ... bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kita berusaha. Saya terus berlatih menulis, hingga lama-lama tulisan saya pun bagus.
    Tere Liye bilang, “Semakin banyak kalian berlatih menulis, semakin cemerlanglah kemampuan kalian menulis.”
    Oke, jadi bagi kamu yang merasa tidak punya bakat menulis sama sekali, jangan menyerah dulu sebelum berperang ya, kawan. Semangatt! Pakai mantra dari saya bahwa semuanya akan menjadi mungkin jika kita terus berusaha.

    1. Jangan Takut Dengan EyD

    EyD (Ejaan yang Disempurnakan) sesuai kaidah bahasa Indonesia. Untuk kamu yang merasa tulisannya hancur karena EyD kacau, jangan menyerah, ya, kawan. Bukankah saat sekolah kita sudah belajar EyD? Lantas mengapa saat praktik menulisnya langsung ilmu EyD kita nol besar. Saya juga menyesal dan rasanya ingin meminta maaf pada guru bahasa Indonesia. Yuk, teman, mari kita pelajari lagi EyD, mungkin kita memang lupa atau malah tidak memerhatikan guru menjelaskan saat itu. Jangan mau kalah dengan EyD, mentang-mentang EyD kita kacau lantas mau berhenti jadi penulis? Oh, No!
    Ini cerita saja, ya. Pernah tidak sih kamu berpikir kok rata-rata penulis itu bukan dari anak jurusan sastra Indonesia? Banyak penulis sukses yang malah bukan dari sastra, Tere Liye seorang akuntan, Mira W seorang dokter, Novanka Raja kuliah mengambil jurusan TIK. Saya kira jawabannya adalah karena anak sastra terlalu fokus pada EyD. Mereka takut tulisan tidak sesuai dengan EyD, ingin hasil yang sempurna bla bla bla. Hingga pada akhirnya naskah tidak ada yang selesai-selesai karena banyak pertimbangan.


    1. Harus Punya Komitmen

    Nah, ini dia problem yang banyak dialami calon penulis. Ada beberapa orang yang sudah memulai cerita satu atau dua bab, tapi mendadak malas meneruskannya. Akhirnya itu naskah novel dilabeli NASKAH GAGAL. Saran saya, ketika kamu sudah menulis cerita satu bab misalnya, teruskan, teruskan, teruskan, sampai selesai, sampai ada kata THE END. Jangan banyak pertimbangan, duh naskah saya kok jelek, ya. Duh, EyD-nya kacau, duh ... kayaknya saya harus ganti konflik. Duh, dan aduh lainnya. Pakailah otak kanan dulu, baru pakai otak kiri untuk pertimbangan setelah naskah selesai. Kan kalau sudah selesai kamu tinggal edit, revisi kalau memang kurang greget. Semangatt!!

    1. Hobi Membaca dan Menulis

    Saya yakin ketika kamu hobi membaca, pasti kamu ada keinginan untuk menulis cerita juga. Apalagi setelah membaca cerita yang bagus, kamu sampai termotivasi untuk menjadi penulis seperti si A. Sama halnya dengan saya, ketika membaca karya V. Lestari dan Dee Lestari, saya jadi termotivasi untuk jadi penulis. Ketika akan menulis cerita, pasti kamu akan butuh bacaan untuk referensi, untuk menambah pengetahuan, ide, dan lainnya. Maka, jika ada penulis, pasti ada pembaca. Kita tidak akan bisa membaca buku kalau tidak ada penulis.
  1. Jangan Takut Mengirim Naskah ke Penerbit

      Saya sering sekali menemukan calon penulis yang nggak pede mengirim naskahnya ke penerbit. Padahal tulisannya sudah bagus. Duh, sangat disayangkan sekali, ya. Sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa maju dan menerbitkan buku jika takut mengirimkan naskah ke penerbit. Oke, meski memang ada beberapa penulis yang tingkat kepuasannya hanya sampai menyelesaikan tulisannya dan lebih memilih menyimpannya dalam laptop sampai lumutan, sampai jadi sarang laba-laba. Okelah, itu sih terserah pribadi masing-masing, ya. Toh setiap orang punya motivasi menulis berbeda-beda.

      1. Jangan Menyerah Jika Naskahmu Ditolak Penerbit

Ini adalah fase di mana penulis sedang diuji. Mungkin kalian berpikir jika tulisan kalian sudah selesai, lalu dikirimkan ke penerbit mayor, kalian pasti mikirnya yang enak-enak saja. Pasti naskah saya bakal langsung diAcc. SALAH. Saya berhasil menerbitkan novel pertama saya setelah ditolak dua penerbit dulu. Terbit setelah kurang lebih satu tahun kemudian. Kalau pun ada yang pertama nulis dan langsung diAcc, saya pikir hidupnya nggak indah dan datar-datar saja karena tidak diawali dengan kegagalan atau ujian dulu. Yang harus kalian ingat, ujian penulis itu adalah KESABARAN. Kalau kalian tidak bisa sabar, mending tidak usah jadi penulis. 

  1. Terus Berlatih Menulis

    Ini sudah dibahas di awal, ya. Semakin sering kamu berlatih menulis, maka semakin baguslah tulisan kalian.

    1. Jaga Attitude
      Seorang penulis yang baik, yang punya attitude atau perilaku yang baik juga. Jaga hubungan baik dengan teman sesama penulis, dengan penerbit, dan pembacamu. Karena saya pernah dengar cerita, ada yang di-blacklist oleh penerbit karena kelakuan si penulis buruk. Kecuali kalau memang pihak penulis tidak bersalah, kita wajib menegur pihak penerbit, seperti kasus salah satu penulis, penerbit menerbitkan naskah si penulis tanpa adanya konfirmasi dan pihak penerbit meraup keuntungannya sendiri. Kecuali juga untuk orang-orang yang kerjaannya membuat masalah atau sebut saja hater, abaikan saja. Karena setiap ada lover, ada pula hater.

      1. Jangan Lupa Berdoa

Ini dia yang terakhir yang sangat penting. Kamu pernah nggak sih membaca novel terbitan mayor, terus kamu merasa novel itu tidak bagus dan tidak layak terbit? Jawabannya, saya pikir karena kekuatan doa. Jadi mantranya adalah IKHTIAR, BERDOA, TAWAKAL.

Oke, sekian materi dari saya. Kurang lebihnya mohon maaf dan terima kasih untuk kamu yang sudah membaca postingan ini. Selamat berkarya. ^_^



Saya tampil pertama




MC-nya.



Ini Kak Daud Antonius. Dia jadi pembicara juga setelah saya menyampaikan materi dan sesi tanya-jawab.




















0 komentar:

Posting Komentar