Selasa, 28 Juni 2016

Ternyata Penerbit Abal-Abal


Entah kenapa saya ingin sekali menulis artikel ini setelah dunia literasi sedang digemparkan oleh berita penerbit abal-abal. Ada pepatah mengatakan, kalau kita mau sukses memang harus mengalami yang namanya ditipu dulu. Hoho, siapa yang belum pernah ditipu? Kalau ada orang yang belum pernah merasakan ditipu atau di-PHP-in, bagi saya hidupnya sungguh membosankan. Datar. Oh, maaf. 

Okelah, kembali ke tema. Penerbit abal-abal. Dulu sebenarnya saya tidak tertarik dengan penerbit indie, karena naskah-naskah saya lagi sepi ACC di mayor, akhirnya saya coba kirim ke penerbit indie kebetulan yang punya penerbit juga adalah teman saya sendiri. Novel saya terbit, tanpa ISBN. Katanya hanya formalitas saja, katanya. Karena dulu saya masih awam di dunia penerbitan jadi saya hanya manut saja. 

Setelah itu saya ditawari jadi Admin, okelah saya mau kebetulan hanya sibuk kuliah saja jadi saya terima tawaran itu. Dan ... siapa sangka kalau saya akan diberi ujian oleh Allah, saya dituduh penipu. Kok bisa?

Jadi ceritanya, penerbitan teman saya ini tiga kali cetak buku hasilnya tidak memuaskan. Sampai pada akhirnya, owner-nya ada masalah keuangan. Semua pesanan kan ditransfer ke rekening saya, baru saya setor ke rekening owner-nya. Makin ke sini teman saya ini nggak ada kabar, pesanan pun sudah sebulan buku belum selesai cetak. Sampai si owner bilang, kalau hasil cetaknya tidak memuaskan lagi uangnya nanti saya kembalikan saja, katanya. Okelah, saya sih mengangguk saja. Beberapa hari kemudian, saya kaget ada pemesan yang bilang kalau uang belum juga ditransfer, saya diteror karena saat transfer atas nama saya. Hoho, jadilah saya dituduh penipu. #Sakitt. 

Tapi sudahlah itu masa lalu. Di balik rasa kecewa dan sakit  itu ada hikmahnya. Saya bisa buka penerbitan, dan Alhamdulilah saat ini sih berjalan lancar. Hehe. Namanya Penerbit Loka Media. 

Lalu dunia literasi kembali digemparkan dengan penerbit mayor yang baru berdiri, para penulis termasuk teman-teman saya juga berlomba mengirim naskah ke sana. Saya pun ikut-ikutan mengirim dua naskah. Ada suatu kejanggalan, saya bilang penerbit  ini aneh. Pertama, naskah dikabari ACC saat penulisnya tanya ke adminnya. Kedua, naskah yang ACC seharusnya dikabari lewat e-mail dan melampirkan MOU serta surat kontrak. Ketiga, penerbit ini mentalnya seperti penerbit indie, tidak profesional. Keempat, ah banyak pokoknya yang saya curigai. Saya sampai debat dengan teman gara-gara mencurigai penerbit yang katanya mayor ini. 

Naskah saya dikabari Acc saat saya tanya adminnya, dan lucunya saya malah dikasih daftar naskah-naskah yang diAcc dengan melampirkan foto hasil jepretannya. Aneh, sungguh aneh. Akhirnya saya memilih terjun, saya dekati owner-nya. Dia menawarkan saya untuk merombak naskahnya, dia tanya mau honor berapa? Okelah, saya sebutkan. Bla bla bla. Saya minta DP dulu, dia setuju. Sampai akhir bulan saya tunggu, saldo saya belum juga bertambah. Wah, kecurigaan saya di sini makin menjadi. Akhirnya tak beberapa lama, penerbit ini pun terkuak sebagai penerbit abal-abal karena belum berbadan hukum. Nggak ngerti sama jalan pikirannya, satu penerbit yang dia dirikan saja belum beres, dia sudah membuka lini-lini baru. Okelah, saya maklumi karena owner penerbit ini masih bocah SMA. Padahal jika dia mau belajar step by step, dia bisa sukses di bisnis penerbitan. Saya hanya berdoa semoga owner penerbit abal-abal ini diberikan hidayah, menjadi manusia yang amanah. Amin. 

Setelah penerbit abal-abal tersebut, muncul lagi penerbit baru yang mengaku mayor. Sudah ada beberapa yang kirim naskah, tapi setelah itu akun Facebooknya menghilang. Takutnya di sini adalah ... naskah si penulis yang sudah masuk diakui sebagai naskahnya dengan mengganti nama penulisnya. #Savepenulis

Ada lagi penerbit yang katanya mayor, sudah dibuat cover-nya, lalu si penulis suruh Open Pre Order 100 eks dulu baru masuk toko buku. Jangan mau! Takutnya setelah kamu transfer uangnya, si penerbit kabur membawa uangnya. 

Baiklah, setelah membaca curhatan saya di atas, saya ingin memberikan kamu tips agar tidak tertipu lagi.

1. Jangan tergiur dulu dengan lomba atau event yang diadakan penerbit indie atau mayor yang baru berdiri dengan hadiah yang jumlah nolnya ada enam.

2. Cari tahu penerbit yang membuatmu tergiur ingin menerbitkan naskahmu atau mengikuti lomba. Misalnya dengan mencari media sosialnya, cari tahu siapa adminnya, owner-nya, atau pengurus penerbit tersebut.

3. Saat ditawari pekerjaan oleh penerbit, mintalah DP terlebih dahulu. Ada kejadian beberapa teman saya yang tertipu, ditawari jadi editor lalu setelah capek-capek koreksi naskah, dia tidak dibayar. 

4. Cek buku terbitannya di ISBN.PERPUSNAS.GO.ID dengan memasukkan nama pengarang atau judul bukunya. 

5. Jika penerbit baru berdiri, dan belum ada buku terbitannya. Cari tahu tentang penerbit tersebut. Seperti yang sudah saya jelaskan di awal. 

6. Jika naskah yang sudah kamu kirim ke mayor kemudian diAcc, kamu diberi sistem suruh jual 100 eks dulu baru masuk toko buku, langsung tarik saja naskahmu. 

7. Untuk lebih aman, jika memang kamu mau bersabar menerbitkan buku. Kirimlah naskahmu ke penerbit mayor yang sudah jelas asal-usulnya, seperti misalnya Gramedia, Gagasmedia. Tapi kalau gak sabaran menunggu sampai berbulan-bulan apalagi tahunan, kamu bisa terbitkan  naskahmu di penerbit indie yang sudah terpercaya. 

Oke, itu saja tips dari saya, untuk ke depannya kalian harus lebih selektif lagi memilih penerbit. Berkat bermunculannya penerbit abal-abal, saya dan teman-teman jadi mendirikan sebuah komunitas dan fans page Komisi Pengawasan Penerbit Abal-Abal. Siapa pun nanti berhak lapor, menuntut apabila merasa dirugikan oleh penerbit Abal-Abal.

2 komentar:

  1. Penerbit deza kreatif publishing, nah itu penerbit gk jelas. Ngadain lomba menulis novel, tapi stlh banyak penulis mengirim naskah, eh facebookya didiemin. Gk tau kelanjutannya gimana, tiba tiba macet gk jelas. Padahal ufah banyak yg kirim nadkah. Update peserta pun gk pernah. Semua yg dijanjikan cuma omong kosong. Hngga kini penerbit itu diem aja kayak batu. Sampai bnyk penulis yg memaki karena merasa dirugikan. Termasuk saya

    BalasHapus
  2. Wah makasih admin, infonya sangat menhedukasi sekali dan berdasar pengalaman pribadi. Saya sudah nulis lama dan was2 sekali setiap mau milih penerbit. Jadi parnoan gitu min makanya cari info. Sukses terus ya min.

    BalasHapus