Minggu, 19 Juni 2016

Setiap Orang Punya Keahlian yang Berbeda-beda

(Ini gambar teman saya, ya. :D)


Dulu, saya iri dengan orang yang bisa melukis. Saat itu saya langsung menuju Gramedia membeli buku sketsa dan pensil 2B.
Saya coba menggambar beberapa, gambar manusia. Setelah jadi, saya perlihatkan pada teman-teman, lalu mereka bilang katanya gambar saya nggak bisa dibilang bagus yang artinya jelek. Ada juga yang berkomentar lebih wow lagi, gambar saya katanya seperti gambar anak SD. Lalu, saya cerita sama teman yang ahli di bidang gambar, dia kuliah mengambil jurusan seni rupa. Dia bilang, “Lanjut, Mbak. Dulu malah gambar saya pernah dicoret-coret sama dosen lho.”
Baiklah, ternyata itu hanyalah ujian mental saja. Tapi setelah itu saya tidak menggambar lagi. Bukan karena saya bermental tempe, menyerah, bukan. Setelah lama berpikir, saya merasa passion saya lebih ke nulis. Saya tidak ingin memaksakan. Tidak lagi iri dengan orang yang ahli di bidang menggambar. Setiap orang punya keahlian berbeda-beda.
Dan, di postingan ini saya ingin membahas tentang seseorang.
Baiklah. Dulu saya sempat membaca statusnya di media sosial, katanya dia bisa dapat uang hanya dengan nge-Blog, Website, Adsense, pokoknya dia bisa menghasilkan uang hanya dengan online. Dia bilang, sudahlah ... berpikir pintar saja. Tidak usah capek-capek pulang pergi kerja, macet-macetan. Kamu bisa mendapatkan uang hanya dengan buka laptop di rumah.
Tadinya saya kagum dengan profesinya. Tapi, kenapa malah jadi terkesan arogan, ya. Seolah semua orang harus berprofesi sama dengannya. Baiklah ... itu adalah persepsi saya dan boleh jadi beda dengan persepsi orang lain.
Jika semua orang kerja di rumah, maka tak ada lagi orang lalu-lalang di jalanan. Angkutan umum dan tukang ojek pun sepi penumpang. Perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri akan sepi seperti kuburan.
Kemudian pikiran saya mulai berkelana ke dokter, jika tidak ada orang sakit. Dokter tidak ada, rumah sakit tidak akan berdiri. Semua orang berprofesi sebagai Blogger.
Pernah juga membaca buku motivasi. Di mana di buku tercantum percakapan antara si motivator dan orang yang dimotivasi. Si penanya bilang, “Kalau semua orang di Indonesia ini jadi pengusaha semua, lalu nanti karyawannya siapa, yang beli siapa?
“Gampang, rekrut saja tenaga kerja luar negeri,” katanya.
Baiklah, saya tahu maksud si motivator adalah memotivasi orang yang ingin jadi pengusaha. Tapi, dengarlah ... jangan mengikuti profesi orang lain yang memang tidak kau minati, bukan keahlianmu. Jika kau hanya ikut-ikutan ingin jadi si A, si B, kau sama saja orang yang pasaran dan tidak punya prinsip hidup.
Boleh bangga dengan profesi sendiri, tapi jangan arogan. Menganggap pekerjaan sendirilah yang lebih keren.
Dunia ini akan sepi sekali jika semua manusia hanya menekuni satu profesi saja. Sama halnya watak yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Heterogen. Berseni.
Mari saling menghargai profesi masing-masing. ^_^

0 komentar:

Posting Komentar