Kamis, 17 November 2016

REVIEW NOVEL JANJI BUNGA MATAHARI

taken by Rizky Kurniawan. Design cover Janji Bunga Matahari


Blurb:

Aku tidak pernah cukup paham tentang cinta
Bertemu denganmu, bisakah kukatakan adalah suatu kebetulan?
Kau menyeretku begitu dalam, hingga membuat ruang di dada serta pikiranku hanya tertuju padamu
Tatapanmu dingin dan menyimpan luka teramat dalam.
Bisakah aku menjadi penghapus akan sedihmu itu?
Namun, ketika aku berlari dan mencari tahu banyak hal tentangmu,
Aku justru kian menyadari, bila kita ditakdirkan bertemu namun tidak untuk bersatu.


==
Janji Bunga Matahari adalah buku ketiga karya Koko Ferdie yang saya baca setelah Jika Cinta Dia (Novel Pertama), dan Membagi Rindu (Novel Kedua).
Dari judulnya saja, saya sebagai pembaca penasaran. Ya, Koko selalu hobi menyelipkan kata kiasan di karyanya.

Bercerita tentang Tomomi yang memilih melarikan diri dari ibunya—karena suatu hal, dan memilih tinggal bersama neneknya di Chiba.
Tomomi mempunyai sahabat bernama Haruna, di mana siswa itu memiliki perasaan untuk Makoto Miura—seniornya di Koishitai Gakuen. Namun sayang, cinta pertama Haruna itu malah jatuh cinta pada sahabatnya sendiri—Tomomi.
Sementara itu, Tomomi bertemu dengan cowok aneh bernama Haru. Cowok itu selalu datang dan pergi tiba-tiba. Sampai pada pertemuannya yang terus berlanjut, Haru meminta tolong pada Tomomi membuatkan surat untuk ibunya.

==

Saya suka buku ini. Selain tulisan Koko yang mengalir, penulis juga pandai menyelipkan twist. Cerita juga tak melulu soal percintaan, lengkap dengan konflik keluarga dan persahabatan. Ditambah karena saya sedang menyukai novel Jepang, saya memutuskan untuk membeli novel Janji Bunga Matahari.

Hanya saja, saya tidak terkesan dengan nama-nama tokoh yang dipilih oleh penulis. Yakni Tomomi, seperti nama laki-laki. Dan Haru, nama Haru ada dua di sini. Perempuan dan laki-laki. Haru sudah terekam di benak saya sebagai nama untuk perempuan. Ya, memang sih, sekarang memang sedang zamannya penulis menggunakan nama untuk perempuan seperti nama laki-laki, begitu pun sebaliknya. Seperti di novel Ok! Boss, Adri biasanya untuk laki-laki, dan Rully biasanya untuk perempuan. Di novel Cherry Blossom, Aby biasanya untuk laki-laki, tapi di novel tersebut penulis memakai nama itu untuk perempuan. Dan masih banyak lagi.
Semua kembali ke penulisnya sendiri.
Setelah kurang terkesan dengan nama-nama tokohnya, alurnya juga terlalu cepat karena novel ini memang sangat tipis. Mungkin suatu saat penulisnya akan menambahkan lagi beberapa part, atau menambal bagian-bagian yang kurang dieksplor lagi.

Over all, saya suka ceritanya yang membuat saya memutar otak. Ending-nya juga saya suka. Karena saya sangat menyukai ending yang menggantung. Membiarkan si pembaca sendiri yang menyimpulkan cerita selanjutnya.

Sukses terus untuk karya-karya Koko!
Ganbatte! :D



1 komentar:

  1. Haha yang cowok Haru, yang cewek Haruna. :D Nama-nama unisex. Btw, makasih reviewnya.

    BalasHapus