Jumat, 06 Januari 2017

Semua Berawal dari Doa

Sudah lama tidak mengisi Blog. Kali ini saya akan menulis “Semua Berawal dari Doa”. Tulisan ini adalah hasil dari perbincangan dengan pengusaha Percetakan—Mbak Rina Rinz di Facebook. Gara-gara komentarnya yang menggelitik saya, saya jadi teringat sesuatu.
Jadi dahulu kala, tinggallah seorang gadis pemimpi. Duh, pembukanya sudah seperti dongeng. :’D
Oke, jadi dulu saat saya mengambil mata kuliah kewirausahaan, Bu Kania selaku dosen KWH memberikan tugas UAS yakni praktik usaha dengan berjualan di bazar di mana stand-nya di kampus saya sendiri—Universitas Sahid Jakarta. Hasil penjualan serta proses dan laporan keuangannya kami rangkum dalam satu karya yaitu laporan praktik usaha/business plan yang nantinya akan kami presentasikan di kelas.
Saya mengambil produk makanan. Kue. Per kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Kelompok saya 5 orang: Kak Diana, Brian, Lutfi, Tari dan saya.
Saya mengambil ide membuat kue mata roda, kalau di kampung, saya biasa menyebutnya kue putri noong. Makanan tradisional khas Jawa Barat, jajanan di pasar yang terbuat dari bahan dasar singkong dan pisang. Adonan dibungkus daun pisang, lalu dikukus. Setelah matang disajikan dengan parutan kelapa. Di sini saya dan kelompok memberikan inovasi parutan kelapa diganti dengan parutan keju.
Kami lalu membuat nama produknya. Setelah melakukan seleksi panjang, akhirnya kami menemukan nama yang cocok untuk produk kami, yakni “Newmata”.
Kenapa kami memberi nama newmata?
Tadinya kami memberi nama “neweyes” karena sekalian saja bahasa Inggris semua. Tapi tidak enak didengar dan sangat jauh dari nama kue awalnya yakni “mata roda”.
Ada yang sudah mengambil kesimpulan?
Oke. New artinya baru. Di sini kami melakukan inovasi dengan mengganti parutan kelapa oleh parutan keju.
Mata. Tentu saja diambil dari mata roda, meski rodanya tidak kami masukkan karena adonan nanti bisa dibentuk kotak, segitiga, atau apa pun. Bebas. Tidak harus bulat saja.


Newmata saat belum ditaburi paruran keju


So, apa yang akan saya bahas di sini?
Jadi, begini. Setelah melakukan praktik jualan. Kami lalu membuat business plan-nya.
Ternyata membuat laporan usaha itu tak semudah yang saya bayangkan, ya meski pada akhirnya laporan usaha selesai juga dalam waktu seminggu. Yang paling lama itu adalah menyusun laporan keuangannya.
Nah, poin menariknya di sini. Saat mengerjakan laporan usaha bareng Kak Diana, di bagian struktur organisasi, di sana tertera posisi Direktur Utama, Manajer, Divisi Keuangan, Divisi Pemasaran dan Divisi Produksi.
Saya kaget, setelah itu tertawa melihat nama saya tertera di posisi Direktur Utama.
“Kak, jangan aku ah. Kakak lebih tua dari aku harusnya ada di posisi Direktur Utama dong. Aku di bagian Divisi Produksi saja,” protes saya.
“Udah sih gak apa-apa. Kamu yang lebih cocok. Aku di bagian manajer aja.”
“Ganti ah, Kak. Brian aja tuh yang di bagian posisi paling atas. Dia kan cowok.”
Saya masih protes, karena tentu saja alasannya merasa tidak cocok.
“Udah gak apa-apa, ini doa lho. Aminin kek.”
Yasudah, saya pasrah saja nama saya tertulis di posisi Dirut. Diurut. Eh. -_-
“Gak mau diaminin nih? Doa lho ini. Siapa tahu suatu saat jadi kenyataan.”
Kak Diana apaanlah. Saya gak pernah kepikiran jadi Dirut segala. Siapalah saya ini. Cuma butiran debu yang tersesat dan tahu arah jalan pulang. #Nyanyi.
Pada akhirnya saya jawab, “Amin Yaa Allah. Semoga doa Kak Diana jadi kenyataan.”
Kak Diana tertawa.

==

Jadi sodara, ternyata doa Kak Diana jadi kenyataan. Setahun kemudian saya membuka usaha penerbitan. Di akta notaris, tercantum nama saya “Devi Cahyani Eka Putri” di bagian Direktur.
Mengingatnya, saya cuma bisa senyum dan betapa Allah Maha Romantis karena sudah memberi kejutan yang indah.


==

Doa dari Mbak Dwi, penulis Loka Media. Suatu saat saya bisa membuka usaha percetakan Lokamedia.
Saya tertawa, “Aduh, Mbak. Modal beli mesinnya saja 100 juta.”
“Haha. Ya gak apa-apa. Gak mau diaminin nih?”
“Yowislah, aminin aja.” Kasih emot nyengir.
Lalu, Mbak Rina pemilik percetakan RinzMedia, mengomentari status saya.
“Setuju dengan komentar Mbak Dwi Rahmi. Semua berawal dari mimpi. Banyak yang mengaminkan suatu saat akan tercapai. Allah Maha Kaya. Minta sama Allah. Boleh jadi ada perantara dapat suami pemilik percetakan atau dengan cara-cara indah lainnya.”
Saya merasa tertohok.

==

Benar sekali, Allah itu Maha Kaya.
Sudah banyak kejutan-kejutan yang Allah berikan untuk saya. Saya yang dulunya hanya berandai-andai bisa punya karya sendiri dan buku dipasarkan di toko buku nasional. Banyak teman yang mengaminkan. Itu menjadi motivasi, penyemangat untuk saya. Satu tahun kemudian karya saya mejeng di toko buku. Saya yang pengin liburan ke suatu tempat yang sudah lama ingin saya kunjungi, sudah lama berandai-andai, Allah mengabulkannya. Saya yang ingin punya usaha penerbitan juga terwujud setelah mengalami banyak pengalaman pahit. Doa-doa dari merekalah yang membuat saya terus semangat mewujudkan mimpi.

==

Semua berawal dari mimpi.
Semua berawal dari doa.
Maka, untukku maupun untukmu yang membaca tulisan ini. Jangan pernah takut bermimpi!
Silakan punya impian besar. Tapi mulailah dari hal-hal kecil dulu.
Semangat!


With love,
Devi Cahyani Eka Putri aka Vie Devh aka Devika aka Repalina.


0 komentar:

Posting Komentar