Entah kenapa saya ingin sekali menulis artikel ini setelah dunia literasi sedang digemparkan oleh berita penerbit abal-abal. Ada pepatah mengatakan, kalau kita mau sukses memang harus mengalami yang namanya ditipu dulu. Hoho, siapa yang belum pernah ditipu? Kalau ada orang yang belum pernah merasakan ditipu atau di-PHP-in, bagi saya hidupnya sungguh membosankan. Datar. Oh, maaf.
Okelah, kembali ke tema. Penerbit abal-abal. Dulu sebenarnya saya tidak tertarik dengan penerbit indie, karena naskah-naskah saya lagi sepi ACC di mayor, akhirnya saya coba kirim ke penerbit indie kebetulan yang punya penerbit juga adalah teman saya sendiri. Novel saya terbit, tanpa ISBN. Katanya hanya formalitas saja, katanya. Karena dulu saya masih awam di dunia penerbitan jadi saya hanya manut saja.