Sudah lama saya
tidak menulis di Blog. Inilah bahan tulisan pertama saya setelah sekian lama
tidak posting apa-apa. Tulisan ini terinspirasi dari dosen saya saat di
kelas beliau bercerita ada seorang istri yang tersinggung ketika masakannya
dikomentari tidak enak oleh suaminya.
Penting nggak, ya? Anggap saja
pentinglah, ya. Lagian kamu juga sudah telanjur baca postingan ini, jadi harus baca sampai ending. Maksa. Haha.
Sebelum masuk kisah sang istri dan
suami yang berantem gara-gara masakan, saya mau cerita dulu nih, ujung-ujungnya
curhat.
Saya heran, semua mie ayam yang saya
cobain selama tinggal di Jakarta, dari mulai depan rumah saya, depan kampus,
mal langganan saya, mulut saya tidak pernah mengucapkan kata, “enak”. Sampai
teman saya pernah rekomen yang katanya mie ayamnya sangat uenakkk, saya
ujung-ujungnya cuma bilang, “lumayan”. Hanya itu kata pujian tertinggi yang
terlontar dari mulut saya.
Saya sebenarnya nggak begitu rewel
soal makanan sih. Tapi entah kenapa untuk makanan yang satu ini kok nggak ada
ya yang seenak mie ayam yang di kampung saya itu. Ada tukang mie ayam di
kampung saya, saya sering menyebutnya mie ayam “Mang Hendy” yang menurut saya
lezat banget. Makanya kenapa saya sering kangen kampung karena saya kangen
makan mie ayam buatan Mang Hendy.
Ternyata setelah dipikir-pikir
akhirnya saya tahu penyebabnya kenapa saya bilang semua mie ayam yang saya
cobain di Jakarta nggak ada yang bisa nandingin mie ayam “Mang Hendy”. Karena
dari kecil, lidah saya pertama kali mencicipi mie ayam buatan Mang Hendy.
Jadilah lidah saya sudah terbiasa dengan mie ayam buatan Mang Hendy. Sama
halnya ketika suamimu mengatakan masakanmu tidak enak, karena memang dari kecil
lidahnya sudah terbiasa mencicipi masakan ibunya. Jadi suamimu perlu
beradaptasi dengan masakanmu. Bukan karena tidak enak, hanya saja belum
terbiasa.
Dan jangan bangga ketika suamimu
memuji, “Sayang, masakanmu enak seperti masakan ibuku.”
Sama saja suamimu menganggap kalau
kau adalah ibunya. Berilah rasa yang yang berbeda sebagai ciri khas masakanmu.
Agar saat suamimu mencicipi masakanmu, “Hmm, ini pasti masakan istriku.”
Sekian, semoga rumah tanggamu
semakin harmonis. Jangan berantem hanya karena hal-hal seperti itu ya wahai
para istri.
Saya memang
belum menikah. Dan tulisan ini pun memang saya tulis ulang dari kata-kata dosen
favorit saya Bu Titin ketika mengajar di kelas. Tentunya beliau sudah menikah
dan sudah mempunyai anak.
Terima kasih
sudah membaca. Semoga bermanfaat ^_^
kode nih kode minta dilamar, hihi
BalasHapusNggak kok nggak :v
BalasHapus