Judul :
Tahajud Cinta di Kota New York
Penulis : Arumi E
Penerbit : Zettu
Terbit : 2013
Tebal :
420 halaman
ISBN :
978-602-7735-53-8
Mengenakan
kerudung di tengah lingkungan bebas memang penuh rintangan. Seorang gadis asal
Indonesia yang kuliah di kota New York bernama lengkap Dara Paramitha
ini ingin memperbaiki hidupnya di masa lalu ketika bertemu Aisyah Liu, seorang
muslimah asal Ningxia Hui di China, keturunan suku Hui yang mayoritas beragama
Islam yang sama-sama sekampus dengannya.
Mereka bertemu hingga dekat berawal
saat Dara membela Aisyah yang dipermainkan oleh teman sekelasnya sendiri,
Brian, hanya karena penampilan Aisyah, Brian memang sering sekali meledek cara
berpakaian Aisyah. Awalnya Dara hanya ingin membantu agar Aisyah lebih terbuka
dan bergaul dengan banyak teman.
Aisyah Liu, gadis berkerudung yang
penampilannya beda daripada yang lain, tak banyak yang memakai kerudung di
kampus. Saat di Indonesia, Dara sering melihat gadis-gadis muslim memakai
kerudung tampak trendi. Sedangkan Aisyah, memakai kerudung dengan cara yang
sederhana. Kerudung gadis itu tebal dan lebar, dilipat menjadi bentuk segitiga.
Ia pasang simetris menutupi rambutnya, lalu hanya diberi peniti tepat di bawah
dagunya. Kerudung itu menutupi bahu, dada dan punggungnya.
Saat Dara mengomentari penampilan
Aisyah di kantin kampus, “kerudungmu itu yang membuatmu mencolok. Tidak banyak
gadis yang memakai kerudung di kampus ini. Kau pendiam sekali, membuat orang
yang melihatmu jadi menduga-duga kau punya rahasia apa di balik kerudung
panjangmu. Aku juga muslim, tapi kau lihat sendiri, penampilanku berbaur dengan
yang lainnya. Sedangkan kamu tampak seperti orang asing di sini.” ( hal 6-7).
“Aku memang orang asing di sini, aku
bukan warga Amerika. Tapi aku tak mau berpakaian ala gadis Amerika hanya supaya
diterima dalam pergaulan kampus. Aku seorang muslimah yang ingin menjaga
kehormatanku dengan berpakaian sopan dan tertutup. Maaf jika penampilanku
terlihat aneh.” (hal 7)
Obrolan itu pun semakin panjang.
Dara juga baru tahu kalau di kampusnya ada pengajian, ia tak menyangka masih
ada mahasiswa yang berminat mengaji di sini. Dara hanya tersenyum, dalam hati
ia merasa malu, karena sebagai Warga Negara Indonesia yang beragama Islam. Ia
akui, kalau ia bukanlah pengantut Islam yang tekun beribadah seperti Aisyah
Liu. Apalagi semenjak kuliah dan tinggal di New York. Ia semakin jarang
shalat. Bahkan saat bulan Ramadhan di kota ini, ia tak sanggup ikut berpuasa
enam belas jam lamanya.
Enam bulan kemudian, gadis bertopi
bundar, selalu berpakaian terbuka dan berusia dua puluh satu tahun bernama Dara
itu sudah memulai mengenakan kerudung. Ia yakin dengan keputusannya ini. Ia
sudah mempertimbangkannya selama sebulan dan mempelajarinya selama empat bulan
penuh. Dara tak tahu apa konsekuensi yang harus ia hadapi setelah ia berubah.
Tapi menurutnya, ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Apa salahnya?
Saat Dara mengenakan kerudung.
Aisyah berkata utuk memastikan apakah Dara sudah benar-benar siap atau belum,
“setelah kamu mengubah penampilanmu, kamu tidak boleh lagi menghindari
pesta-pesta di klub malam. Tak boleh lagi kencan dengan seorang cowok. Apa kamu
sanggup Dara?” (hal19)
Dara tersenyum.
“Sudah puluhan kali kamu menanyakan
itu, Aisyah. Kamu dan Hajjah Safina sudah berulang kali juga menjelaskan
tentang ini padaku, kan? Aku sudah tahu segala konsekuensinya dan aku siap
menanggungnya.” (hal 19)
Aisyah memperkenalkan Dara dengan
pengajian kampus, padahal selama di Indonesia, dia tak pernah mengikuti
pengajian di mana pun. Setelah Dara menyimak penjelasan Al-Quran mengenai
kedudukan wanita dalam Islam, kini ia memahami betapa agama Islam justru
menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan wanita. Keharusan berpakaian serba
tertutup bagi seorang muslimah menjadi masuk akal bagi Dara.
Keadaan pun berbalik. Awalnya Dara
ingin membuat Aisyah Liu menjadi gadis yang lebih gaul dan bergaya sedikit
modern. Kenyataannya, Aisyah tak bisa berubah. Ia tetap diam dan caranya
memakai kerudung tetap sederhana. Justru Dara yang mulai terpengaruh gaya hidup
Aisyah yang sangat Islami, berpakaian serba tertutup dan tampil bersahaja.
Dara kemudian teringat pada
orangtuanya nanti jika melihat penampilannya berubah menjadi serba tertutup dan
berkerudung. Dan yang paling membuatnya tak tenang adalah Keira, teman
sekamarnya dan sekaligus sahabatnya yang berasal dari Indoensia juga. Gadis
yang sangat menikmati super modern dan bebas di New York, yang hobi
dansa di klub malam, yang teman kencannya selalu berganti-ganti, persis dengan
Dara enam bulan yang lalu saat belum bertemu dengan Aisyah Liu. Keira pasti
yang paling kaget melihat penampilan baru Dara.
Ternyata benar, Keira tak percaya
kalau teman sekamarnya mengenakan kerudung dan pakaian yang gombrang. Selama
ini Dara selalu modis dalam berpakaian. Selama beberapa hari itu pun, Keira dan
Dara tak pernah bertegur sapa, karena setiap Keira ajak ke klub malam, Dara
selalu menolak!
Ditambah dengan Brian, yang
mengidolakan Dara selama ini, dia merasa kecewa dengan penampilan Dara yang
serba tertutup.
Dara terus berjuang meninggalkan
masal alunya, menghadapi dengan kuat dan sabar setiap mendapat kritikan bahkan
hinaan dari sahabatnya, Keira. Saat bangun dari tidurnya di sepertiga malam,
Dara selalu menyempatkan untuk shalat sunnah Tahajud, namun karena Keira
sahabatnya itu selalu marah ketika mendengar suara Dara di sepertiga malam,
Dara selalu bersikap hati-hati dan tidak menimbulkan gaduh sedikit pun.
Ditambah saat Dara berpuasa pun, sahabatnya tak henti meledeknya, biasanya Dara
yang tak pernah berpuasa, Dara kali ini benar-benar berubah di mata Keira.
Keira semakin kesal pada sahabatnya itu. Namun tetap saja, Dara selalu
tersenyum dan menjawab ramah kepada Keira. Keira sebenarnya tidak membenci
Dara, hanya saja benci dengan perubahan Dara.
Keira mulai berbaikan dengan Dara
karena menyukai Richard teman sepengajian Dara yang baru masuk islam juga,
namun lebih dulu dari Dara. Demi mendekati Richard, Keira sampai membela-belakan
dirinya ikut pengajian dan setiap ada acara yang berhubungan dengan agama,
Keira selalu menyempatkan waktunya ikut.
Novel ini semakin menarik ketika
hadir sosok Brad Smith seorang pianis yang dipertemukan dengan Dara dengan cara
mengesankan. Dara pertama kali dipertemukan dengan Brad ketika Dara ditodong
dan dirampok, bisa dibilang Brad adalah seorang hero bagi Dara. Karena
dipertemuan selanjutnya, Dara selalu bertemu dengan Brad ketika
menyelamatkannya.
Semakin Brad mengenal Dara, ia
semakin tertarik pada gadis ini. Begitu pun Dara, awalnya dia merasa risih
karena Brad selalu mengikutinya dan jalan berdua dengannya. Dara merasa Brad
selalu mengganggu perasaannya. Sampai pada suatu saat Brad mengajak Dara kencan,
di sinilah Dara mulai mengenalkan bahwa agamanya tidak memperbolehkan seorang
gadis berkencan dan apalagi pacaran. Hingga akhirnya Brad pun meminta Dara
menjadi istrinya.
“Aku jatuh cinta padamu dan ingin
menikah denganmu Dara,” ucap Brad. (hal 307)
“Please, Brad. Jangan menuruti
keinginan sesatmu. Nanti kau menyesal. Lagipula, aku tak mungkin menikah
denganmu, Brad. I am Sorry, sebaiknya kau jangan mengharapkan aku lagi,”
sahut Dara masih menolak Brad. ( hal 307)
“Mengapa tidak mungkin? Memangnya
apa salahku? Kenapa aku tak pantas menikah denganmu?” tanya Brad. (hal 307)
“Tidak ada yang salah denganmu,
Brad. Aku tahu kamu baik. Tapi perbedaan kita terlalu banyak. Aku seorang gadis
muslim, tidak boleh menikah dengan laki-laki yang tidak seagama denganku. Ini
adalah peraturan yang tak boleh dilanggar.” (hal 307)
“What are you kidding me? Aku
masih menerima kamu dilarang pacaran. Tak boleh pergi berdua bergandengan
tangan atau berciuman. Tapi kau juga tak boleh menikah denganku hanya karena
aku tidak seagama denganmu? Peraturan macam apa itu? Di jaman modern ini masih
ada peraturan kuno seperti itu?” (hal 307-308)
“Ini bukan peraturan kuno, Brad.
Tapi memang begitulah yang disyaraktkan agamaku. Dan aku memilih untuk taat
dengan peraturan agama-agamaku. Aku taat karena aku yakin dengan kebenarannya,”
sahut Dara. (hal 308)
“Jadi ... dengan kata lain, kita
tidak mungkin menikah kecuali kalau aku juga menjadi seorang muslim?” tanya
Brad. (hal 308)
Dara mulai mengenalkan agama Islam
pada Brad, Brad pun akhirnya mengerti dan mau mempelajari agama Dara. Hingga
entah mengapa hatinya merasa tersentuh ingin memasuki agama Islam. Brad
bilang, keinginannya masuk Islam bukan karena ia mencintai Dara, namun karena
ia benar-benar yakin kalau Islam adalah agama yang tepat untuk diantunya.
Namun Dara juga dihadapkan pada
suatu pilihan. Richard yang mengutarakan isi hatinya pada Dara dan ingin agar
Dara menjadi istrinya sudah lama, seorang muslim yang dulu pernah dikagumi
Dara. Begitu pun Brad yang sudah lama
dan berusaha untuk mengambil hati Dara dan mempelajari agama Islam. Dara juga
merasa ia selalu diganggu perasaannya.
Siapakah yang akan Dara pilih? Brad
atau Richard?
Novel
“Tahajud Cinta di kota New York” ini benar-benar membuat saya takjub dan
berdecak kagum. Ini adalah novel yang sangat menginspirasi buat saya,
menyuguhkan berbagai konflik yang membuat seorang Dara malah lebih kuat dan
teguh pada keputusannya mengenakan kerudung. Selain best seller, dan
lebih menakjubkannya lagi, novel ini juga akan diangkat ke film layar lebar.
Dan novel ini sudah ada sekuelnya berjudul “Hatiku Memilihmu”. Sudah beredar di
seluruh toko buku Indonesia.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussubhanalloh like, baca nya sama temen se gurfah, mereka bilang subhanalloh
BalasHapusAyo beli bukunya :D
BalasHapusbukunya keren
BalasHapusNovel ini cetakan yang ke berapa ya??
BalasHapus