Sudah lama
tidak mengisi Blog. Kali ini saya akan menulis “Semua Berawal dari Doa”.
Tulisan ini adalah hasil dari perbincangan dengan pengusaha Percetakan—Mbak
Rina Rinz di Facebook. Gara-gara komentarnya yang menggelitik saya, saya jadi
teringat sesuatu.
Oke, jadi
dulu saat saya mengambil mata kuliah kewirausahaan, Bu Kania selaku dosen KWH
memberikan tugas UAS yakni praktik usaha dengan berjualan di bazar di mana stand-nya di kampus saya
sendiri—Universitas Sahid Jakarta. Hasil penjualan serta proses dan laporan
keuangannya kami rangkum dalam satu karya yaitu laporan praktik usaha/business plan yang nantinya akan kami
presentasikan di kelas.
Saya
mengambil produk makanan. Kue. Per kelompok masing-masing terdiri dari 4-5
orang. Kelompok saya 5 orang: Kak Diana, Brian, Lutfi, Tari dan saya.
Saya
mengambil ide membuat kue mata roda, kalau di kampung, saya biasa menyebutnya
kue putri noong. Makanan tradisional
khas Jawa Barat, jajanan di pasar yang terbuat dari bahan dasar singkong dan
pisang. Adonan dibungkus daun pisang, lalu dikukus. Setelah matang disajikan
dengan parutan kelapa. Di sini saya dan kelompok memberikan inovasi parutan
kelapa diganti dengan parutan keju.
Kami lalu
membuat nama produknya. Setelah melakukan seleksi panjang, akhirnya kami
menemukan nama yang cocok untuk produk kami, yakni “Newmata”.
Kenapa kami
memberi nama newmata?
Tadinya kami
memberi nama “neweyes” karena
sekalian saja bahasa Inggris semua. Tapi tidak enak didengar dan sangat jauh
dari nama kue awalnya yakni “mata roda”.
Ada yang
sudah mengambil kesimpulan?
Oke. New artinya baru. Di sini kami melakukan
inovasi dengan mengganti parutan kelapa oleh parutan keju.
Mata. Tentu
saja diambil dari mata roda, meski rodanya tidak kami masukkan karena adonan
nanti bisa dibentuk kotak, segitiga, atau apa pun. Bebas. Tidak harus bulat
saja.
Newmata saat belum ditaburi paruran keju
So, apa yang
akan saya bahas di sini?
Jadi, begini.
Setelah melakukan praktik jualan. Kami lalu membuat business plan-nya.
Ternyata
membuat laporan usaha itu tak semudah yang saya bayangkan, ya meski pada
akhirnya laporan usaha selesai juga dalam waktu seminggu. Yang paling lama itu
adalah menyusun laporan keuangannya.
Nah, poin
menariknya di sini. Saat mengerjakan laporan usaha bareng Kak Diana, di bagian
struktur organisasi, di sana tertera posisi Direktur Utama, Manajer, Divisi
Keuangan, Divisi Pemasaran dan Divisi Produksi.
Saya kaget,
setelah itu tertawa melihat nama saya tertera di posisi Direktur Utama.
“Kak, jangan
aku ah. Kakak lebih tua dari aku harusnya ada di posisi Direktur Utama dong.
Aku di bagian Divisi Produksi saja,” protes saya.
“Udah sih
gak apa-apa. Kamu yang lebih cocok. Aku di bagian manajer aja.”
“Ganti ah,
Kak. Brian aja tuh yang di bagian posisi paling atas. Dia kan cowok.”
Saya masih
protes, karena tentu saja alasannya merasa tidak cocok.
“Udah gak
apa-apa, ini doa lho. Aminin kek.”
Yasudah,
saya pasrah saja nama saya tertulis di posisi Dirut. Diurut. Eh. -_-
“Gak mau
diaminin nih? Doa lho ini. Siapa tahu suatu saat jadi kenyataan.”
Kak Diana
apaanlah. Saya gak pernah kepikiran jadi Dirut segala. Siapalah saya ini. Cuma
butiran debu yang tersesat dan tahu arah jalan pulang. #Nyanyi.
Pada
akhirnya saya jawab, “Amin Yaa Allah. Semoga doa Kak Diana jadi kenyataan.”
Kak Diana
tertawa.
==
Jadi sodara,
ternyata doa Kak Diana jadi kenyataan. Setahun kemudian saya membuka usaha
penerbitan. Di akta notaris, tercantum nama saya “Devi Cahyani Eka Putri” di
bagian Direktur.
Mengingatnya,
saya cuma bisa senyum dan betapa Allah Maha Romantis karena sudah memberi
kejutan yang indah.
==
Doa dari
Mbak Dwi, penulis Loka Media. Suatu saat saya bisa membuka usaha percetakan
Lokamedia.
Saya
tertawa, “Aduh, Mbak. Modal beli mesinnya saja 100 juta.”
“Haha. Ya
gak apa-apa. Gak mau diaminin nih?”
“Yowislah,
aminin aja.” Kasih emot nyengir.
Lalu, Mbak
Rina pemilik percetakan RinzMedia, mengomentari status saya.
“Setuju
dengan komentar Mbak Dwi Rahmi. Semua berawal dari mimpi. Banyak yang
mengaminkan suatu saat akan tercapai. Allah Maha Kaya. Minta sama Allah. Boleh
jadi ada perantara dapat suami pemilik percetakan atau dengan cara-cara indah
lainnya.”
Saya merasa
tertohok.
==
Benar sekali,
Allah itu Maha Kaya.
Sudah banyak
kejutan-kejutan yang Allah berikan untuk saya. Saya yang dulunya hanya
berandai-andai bisa punya karya sendiri dan buku dipasarkan di toko buku
nasional. Banyak teman yang mengaminkan. Itu menjadi motivasi, penyemangat
untuk saya. Satu tahun kemudian karya saya mejeng di toko buku. Saya yang
pengin liburan ke suatu tempat yang sudah lama ingin saya kunjungi, sudah lama
berandai-andai, Allah mengabulkannya. Saya yang ingin punya usaha penerbitan
juga terwujud setelah mengalami banyak pengalaman pahit. Doa-doa dari merekalah
yang membuat saya terus semangat mewujudkan mimpi.
==
Semua
berawal dari mimpi.
Semua berawal
dari doa.
Maka,
untukku maupun untukmu yang membaca tulisan ini. Jangan pernah takut bermimpi!
Silakan
punya impian besar. Tapi mulailah dari hal-hal kecil dulu.
Semangat!
With love,
Devi Cahyani
Eka Putri aka Vie Devh aka Devika aka Repalina.
0 komentar:
Posting Komentar