taken by Rizky Kurniawan. Design cover Janji Bunga Matahari
Blurb:
Aku tidak
pernah cukup paham tentang cinta
Bertemu
denganmu, bisakah kukatakan adalah suatu kebetulan?
Kau
menyeretku begitu dalam, hingga membuat ruang di dada serta pikiranku hanya
tertuju padamu
Tatapanmu
dingin dan menyimpan luka teramat dalam.
Bisakah aku
menjadi penghapus akan sedihmu itu?
Namun,
ketika aku berlari dan mencari tahu banyak hal tentangmu,
Aku justru
kian menyadari, bila kita ditakdirkan bertemu namun tidak untuk bersatu.
==
Janji Bunga
Matahari adalah buku ketiga karya Koko Ferdie yang saya baca setelah Jika Cinta
Dia (Novel Pertama), dan Membagi Rindu (Novel Kedua).
Dari
judulnya saja, saya sebagai pembaca penasaran. Ya, Koko selalu hobi menyelipkan
kata kiasan di karyanya.
Bercerita
tentang Tomomi yang memilih melarikan diri dari ibunya—karena suatu hal, dan
memilih tinggal bersama neneknya di Chiba.
Tomomi
mempunyai sahabat bernama Haruna, di mana siswa itu memiliki perasaan untuk
Makoto Miura—seniornya di Koishitai Gakuen. Namun sayang, cinta pertama Haruna
itu malah jatuh cinta pada sahabatnya sendiri—Tomomi.
Sementara
itu, Tomomi bertemu dengan cowok aneh bernama Haru. Cowok itu selalu datang dan
pergi tiba-tiba. Sampai pada pertemuannya yang terus berlanjut, Haru meminta
tolong pada Tomomi membuatkan surat untuk ibunya.
==
Saya suka
buku ini. Selain tulisan Koko yang mengalir, penulis juga pandai menyelipkan twist. Cerita juga tak melulu soal
percintaan, lengkap dengan konflik keluarga dan persahabatan. Ditambah karena
saya sedang menyukai novel Jepang, saya memutuskan untuk membeli novel Janji
Bunga Matahari.
Hanya saja,
saya tidak terkesan dengan nama-nama tokoh yang dipilih oleh penulis. Yakni
Tomomi, seperti nama laki-laki. Dan Haru, nama Haru ada dua di sini. Perempuan dan
laki-laki. Haru sudah terekam di benak saya sebagai nama untuk perempuan. Ya,
memang sih, sekarang memang sedang zamannya penulis menggunakan nama untuk
perempuan seperti nama laki-laki, begitu pun sebaliknya. Seperti di novel Ok!
Boss, Adri biasanya untuk laki-laki, dan Rully biasanya untuk perempuan. Di novel
Cherry Blossom, Aby biasanya untuk laki-laki, tapi di novel tersebut penulis
memakai nama itu untuk perempuan. Dan masih banyak lagi.
Semua kembali
ke penulisnya sendiri.
Setelah
kurang terkesan dengan nama-nama tokohnya, alurnya juga terlalu cepat karena
novel ini memang sangat tipis. Mungkin suatu saat penulisnya akan menambahkan
lagi beberapa part, atau menambal
bagian-bagian yang kurang dieksplor lagi.
Over all, saya suka ceritanya yang
membuat saya memutar otak. Ending-nya
juga saya suka. Karena saya sangat menyukai ending
yang menggantung. Membiarkan si pembaca sendiri yang menyimpulkan cerita
selanjutnya.
Sukses terus
untuk karya-karya Koko!
Ganbatte! :D
Haha yang cowok Haru, yang cewek Haruna. :D Nama-nama unisex. Btw, makasih reviewnya.
BalasHapus